Dibutuhkan, Seni Budaya Kepahlawanan
MERDEKA..!!
Memasuki momentum Hari Pahlawan 10 November (1945-2008), saya jadi teringat materi yang disampaikan oleh Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik (Novelis Ayat-Ayat Cinta). Dalam suatu kesempatan Roadshow di Elnusa, Telkomsel, dan Kantor Menegpora, Kang Abik menceritakan kira-kira seperti ini: bahwa seni budaya suatu negara juga mempengaruhi model tumbuh berkembangnya negara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan sebuah riset yang dilakukan oleh peneliti Amerika. Hasil riset tersebut mengatakan bahwa jika Amerika ingin maju, maka -salah satu caranya- dalam hal seni budaya perlu dimunculkan kisah-kisah yang berbau kepahlawanan. Maka tidak heran semenjak itu film-film dan cerita-cerita di Amerika tidak jauh dari kepahlawanan atau hero - walaupun dengan tokoh fiktif - seperti misalnya Superman, Spiderman, Batman, Wonder Woman, dan "man"-"man" lainnya. Tidak hanya film dewasa, mulai dari kartun, komik, computer game, dll, semua diusahakan ada unsur kepahlawanannya. Kalau kita lihat film serial dan film bioskop buatan Hollywood, memang banyak yang menggambarkan kepahlawanan, menggambarkan kehebatan - khususnya kehebatan Amerika. Misalnya Independence Days, Mission Impossible, film-film perang di mana Amerika terlibat di dalamnya, dsb. Bahkan walaupun faktanya Amerika kalah dalam perang, tapi dalam film harus digambarkan menang, minimal ada tokoh di dalamnya yang digambarkan sebagai pahlawan. Misalnya perang Vietnam, digambarkan Amerika menang dalam berbagai film seperti Tour of Duty, dan lain-lain. Hasilnya? Bisa kita lihat Amerika "cukup" berhasil memposisikan masyarakatnya sebagai bagian dari negara yang hebat, kelihatan penuh percaya diri jika menghadapi negara lain.
Lalu bagaimana dengan seni budaya negara kita? Cukup menyedihkan, memprihatinkan. Beberapa seniman malah lebih condong ke masalah porn0grafi, menurut mereka porn0grfi itu seni, Innalillahi mau dikemanakan negeri ini? Lalu banyak sekali film-film seputar dunia setan, genderuwo, kuntilanak, dsb. Film-film kekerasan seksual juga tidak sedikit. Kalau kita lihat sinetron sekarang, waduh, kasihan sekali anak-anak negeri ini dijejali tayangan-tayangan sinetron yang menjual mimpi kekayaan, mimpi cinta, seksual, pergaulan bebas, narkoba, dsb. Hanya sedikit tayangan-tayangan yang bermutu di negeri ini, seperti misalnya film Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi yang baru-baru ini muncul. Mengenai Ayat-Ayat Cinta (AAC), Kang Abik sendiri menjelaskan kenapa mengangkat tema cinta. Dia jelaskan sebenarnya itu hanya "kemasan", dikemas dengan label cinta supaya banyak yang tertarik, marketable. Anak-anak muda sekarang masih suka kalau diberi label "cinta". Salah satu ide yang ingin Kang Abik gambarkan dalam AAC adalah profil Fachri yang betul-betul ideal. Misalnya kemampuannya yang bisa bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris sekaligus, kuliah di Mesir, fasih dalam Al Qur'an, sampai berdakwah dengan bule, dsb. Ada yang yang bilang itu gambaran tokoh impossible, tapi bagi Kang Abik itu possible. Karena banyak tokoh-tokoh Indonesia sesungguhnya yang lebih hebat dari Fachri, misalnya M Natsir yang bisa berbagai bahasa lebih dari Fachri sampai bisa lobby-lobby ke beberapa negara untuk kedaulatan RI, dan tokoh-tokoh lain (saya lupa nama tokoh yang disebutkan Kang Abik). Intinya, pembangun jiwa, itu yang ingin di usung oleh kang Abik dalam AAC, hanya saja kemasannya "cinta". Dalam visualisasinya (film AAC), tidak sedikit yang mengkritisi bahwa film AAC agak berbeda dengan novelnya. Menurut pengamatan saya, kekurangan dalam film AAC ini hanya masalah pembelajaran saja. Ke depan, insya Allah muncul film-film ideal dari seni sastra / novel ideal, aamiin.
Kembali kepada tema awal, kepahlawanan. Sangat perlu agar kita bisa memunculkan tema kepahlawanan dalam seni budaya kita, dalam perfilman kita, dalam sinetron kita. Kalau mau pakai tokoh non-fiksi, tokoh sungguhan, kita punya banyak stok. Tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan misalnya. Kalau dalam skala internasional, bisa juga tokoh-tokoh seperti Sholahuddin, Muhammad Al Fatih, Hasan Al Banna, dll. Atau bisa juga bikin tokoh fiksi campuran dari tokoh-tokoh yang ada. Tokoh Fachri sendiri sebenarnya campuran dari beberapa tokoh-tokoh sungguhan (CMIIW). Kalau dalam film Laskar Pelangi, sangat menarik, digambarkan kepahlawan guru-guru sekolah dalam mendidik para muridnya walau sekolah sudah diambang "kerubuhan". Juga digambarkan kepahlawan para murid untuk belajar terus di saat sekolahnya seperti itu, disaat gurunya meninggal, mereka juga berjuang untuk menang di cerdas cermat dan pentas seni budaya, walau mereka mewakili sekolah "kelas bawah" pada waktu itu.
Hanya saja, kalau mau bikin seni/film seputar kepahlawanan, tantangannya adalah dalam pengemasannya. Visualisasi, audio, musik latar, cukup mempengaruhi getarnya film tersebut. Semoga saja ada yang bisa membuatnya.
-- OOT, kalau bagi saya Hari Pahlawan adalah Hari Ibu. You know why? Because... ask me via japri aja deh.
MERDEKA!

2 comments
Comment from: Hany Buwana Visitor

Comment from: laura Visitor

hm,,,,Indonesiaku
sosok pahlawan adalah diri kita sendiri…mari kita bangun jiwa kepahlawanan pada diri kita sendiri…jangan mengikuti kata2 orang lain
This post has 18 feedbacks awaiting moderation...
Yang sangat menyedihkan adalah, di Indonesia yang sangat dominan tampil di TV, film layar besar adalah tampilan-tampilan murahan tentang istri yang selingkuh, anak durhaka, orang tua yang kejam, hantu pocong dll, jadi pengaruh jiwa kepahlawan bangsa ini sudah tidak ada lubuk hati bangsa ini. Bagi saya, Seni Budaya kepahlawanan ini harus kita bangun mulai dari keluarga kita sendiri, jangan mengharapkan itu timbul dan dimulai oleh orang-orang yang terlibat dalam dunia seni dan budaya.