Antara Ospek dan Naik KRL Jabotabek Kelas Ekonomi
Bagi para alumni universitas, kira-kira angkatan 90-2000an, pasti pernah merasakan ospek ketika baru masuk kampus. Di ospek pada waktu itu, semua cama (calon mahasiswa) dan cami (calon mahasiswi) 'digojlok' secara fisik oleh senior-seniornya. Salah satu metode senior dalam menggojlok junior-juniornya yang baru masuk ini adalah dengan 'dipres'. Ya, mereka dipressto. Maksudnya, kira-kira 10 cama harus bisa berdiri di atas sebuah ubin (lantai) yang berukuran 40 cm2 dengan berbuka baju. Otomatis kaki-kaki mereka tidak semuanya bisa berpijak dilantai, satu sama lain ada yang saling menginjak, dan badan berhimpit-himpitan. Kalau kaki keluar dari area ubin 40 cm2, ditendang sama senior.
Nah, kalau kita naik KRL Jabotabek kelas Ekonomi jurusan Jakarta-Bogor di jam-jam sibuk yang penuh penumpang, bisa dibilang mirip ospek di atas. Saking penuhnya, kaki sampai sulit berpijak sempurna, berdiri himpit-himpitan tidak tegak lurus, plus mandi sauna dan aroma aneh yang berganti-ganti antar stasiun. Kalau kaki diangkat sedikit, bisa-bisa tempat pijakan kaki kita ditempati orang. Sebagiannya ada yang memilih "diospek" di atas KRL, di sambungan gerbong, atau di depan cabin masinis dengan gaya bak spiderman (menempel di sisi KRL). Para penumpang KRL Ekonomi di jam-jam sibuk, ibaratnya 'digojlok' selama perjalanan. Kuat-kuat juga mereka, tiap hari kerja bisa bertahan begitu. Kamu mau coba juga? Jakarta-Bogor cuma Rp. 2.500,-. Kalau mau langganan, pakai aja tiket berlangganan ( KTB ), cuma Rp. 60.000,- per bulan..
1 comment
Comment from: :) Visitor

This post has 1 feedback awaiting moderation...
Ayo Semangat…
Test kesabaran.
Di Metro TV kemarin dibahas tentang
kondisi KRL Jabotabek. Unik juga.
Jangan lupa minum Tolak Angin ;)