Kelulusan Yang Penuh Makna
Posted by hendra on 17 Jun 2007 in Nasihat
Alhamdulillah, kalimat yang terucap ketika saya mendengar anak-anak pengajian Rohis kelas 3 di SMA saya lulus semua. Semoga kelulusan mereka dapat memberikan nilai tambah bagi agama, keluarga, bangsa, dan negara.
Kalau melihat siaran di beberapa TV, ada beragam cara yang dilakukan siswa SMA untuk mengekspresikan kelulusan mereka. Ada yang mencorat-coret seragam mereka, ada yang konvoi dengan motor, dan lain-lain. Ada juga yang mengekspresikan kelulusannya dengan menyumbangkan seragam mereka untuk anak-anak yatim atau untuk yang membutuhkan (misalnya orang-orang miskin). Ada yang sujud syukur. Ada pula yang bersalam-salaman dengan guru dengan berbaris rapi seraya terharu karena kelulusan mereka. Yang disebut terakhir ini di justru dicontohkan oleh siswa-siswi sebuah SD di Jakarta. Semestinya cara ini dilakukan oleh SMA yang notabene secara usia lebih dewasa. Untuk menyalurkan ekspresi kegembiraan mereka, para guru menyediakan kain panjang untuk corat-coret, daripada corat-coret di baju seragam.
Nah, bagaimana supaya kelulusan kita menjadi penuh makna? Yang pasti, kelulusan yang prosesnya diwarnai dengan kecurangan adalah kelulusan yang tidak bermakna, penuh kepalsuan.
Menurut saya, kelulusan yang penuh makna adalah kelulusan yang diisi dengan kegiatan positif dan jauh dari kegiatan yang sifatnya mubazir. Menyumbangkan seragam yang sudah tidak terpakai ke orang yang membutuhkan, itu adalah salah satu contohnya. Memberikan ucapan terima kasih ke guru, itu juga positif, minimal menjabat tangannya. Begitu pula terhadap orangtua, kita harus memberikan ucapan terima kasih, kalau perlu kasih hadiah. Terhadap sesama teman, saling memberikan selamat, dan mengupdate nomor kontak, karena ada kelulusan biasanya diikuti dengan perpisahan. Jadi nomor kontak ini agar kita bisa saling komunikasi menjalin ukhuwah walau jarak berjauhan. Dan yang paling penting, bersyukur kepada Allah atas kelulusan. Sujud syukur adalah salah satu bentuknya. Atau banyak-banyak memberikan sedekah. Bentuk syukur lainnya adalah berupaya semaksimal mungkin untuk lolos ujian saringan masuk ke perguruan tinggi (bila ingin meneruskan ke perguruan tinggi). Jadi, lulus bukan berarti berhenti belajar, karena ada ujian berikutnya.
Yang jelas, masih ada banyak cara yang positif agar kelulusan kita bermakna, ketimbang dengan mencorat-coret seragam, konvoi motor, atau hura-hura.
Harapan terakhir, semoga kita semua lulus di akhirat nanti dengan ditandai masuknya kita ke dalam Jannah-Nya... Aamiiin...
Kalau melihat siaran di beberapa TV, ada beragam cara yang dilakukan siswa SMA untuk mengekspresikan kelulusan mereka. Ada yang mencorat-coret seragam mereka, ada yang konvoi dengan motor, dan lain-lain. Ada juga yang mengekspresikan kelulusannya dengan menyumbangkan seragam mereka untuk anak-anak yatim atau untuk yang membutuhkan (misalnya orang-orang miskin). Ada yang sujud syukur. Ada pula yang bersalam-salaman dengan guru dengan berbaris rapi seraya terharu karena kelulusan mereka. Yang disebut terakhir ini di justru dicontohkan oleh siswa-siswi sebuah SD di Jakarta. Semestinya cara ini dilakukan oleh SMA yang notabene secara usia lebih dewasa. Untuk menyalurkan ekspresi kegembiraan mereka, para guru menyediakan kain panjang untuk corat-coret, daripada corat-coret di baju seragam.
Nah, bagaimana supaya kelulusan kita menjadi penuh makna? Yang pasti, kelulusan yang prosesnya diwarnai dengan kecurangan adalah kelulusan yang tidak bermakna, penuh kepalsuan.
Menurut saya, kelulusan yang penuh makna adalah kelulusan yang diisi dengan kegiatan positif dan jauh dari kegiatan yang sifatnya mubazir. Menyumbangkan seragam yang sudah tidak terpakai ke orang yang membutuhkan, itu adalah salah satu contohnya. Memberikan ucapan terima kasih ke guru, itu juga positif, minimal menjabat tangannya. Begitu pula terhadap orangtua, kita harus memberikan ucapan terima kasih, kalau perlu kasih hadiah. Terhadap sesama teman, saling memberikan selamat, dan mengupdate nomor kontak, karena ada kelulusan biasanya diikuti dengan perpisahan. Jadi nomor kontak ini agar kita bisa saling komunikasi menjalin ukhuwah walau jarak berjauhan. Dan yang paling penting, bersyukur kepada Allah atas kelulusan. Sujud syukur adalah salah satu bentuknya. Atau banyak-banyak memberikan sedekah. Bentuk syukur lainnya adalah berupaya semaksimal mungkin untuk lolos ujian saringan masuk ke perguruan tinggi (bila ingin meneruskan ke perguruan tinggi). Jadi, lulus bukan berarti berhenti belajar, karena ada ujian berikutnya.
Yang jelas, masih ada banyak cara yang positif agar kelulusan kita bermakna, ketimbang dengan mencorat-coret seragam, konvoi motor, atau hura-hura.
Harapan terakhir, semoga kita semua lulus di akhirat nanti dengan ditandai masuknya kita ke dalam Jannah-Nya... Aamiiin...