Ban... ban... banjir...
Klik foto untuk memperbesar...
Jakarta banjir lagi, mengulangi "sukses" banjir besar di tahun 2002. Waktu pasca banjir tahun 2002 itu, saya langsung bikin tulisan uneg-uneg ke mailing list "alumni-smun47". Lucu juga kalau baca tulisan sendiri 5 tahun silam. Tata bahasanya banyak yang aneh...
Karena belum pernah saya publikasikan ke publik, saya copy paste di sini aja:
Date: Thu, 7 Feb 2002 00:39:45 +0700
To: alumni-smun47
Subject: Ban... ban.... banjir....
From: hendra
Assalamu'alaikum...
Banjir... Indonesia kebanjiran. Belakangan ini udah sering daerah-daerah di Indonesia mengalami kebanjiran. Nggak cuman banjir air, bahkan hingga "banjir darah" pun pernah. Semakin lengkap deh pengalaman buruk Indonesia. Memilukan sekali.... Mungkin istilah 'kebanjiran' udah nggak klop lagi dengan realita sekarang - terutama utk jkt - semenjak bencana banjir besar. Saya menganggap, 'kerendem' adalah kata yg lebih pas. Atau bahkan 'tenggelam' (ini sih parah banget). Tapi karena 'kebanjiran' lebih ngetrend, kita gunakan saja istilah ini. Yg jelas air udah sampai melewati batas kepala nih, tolong jangan di bikin pusing dengan istilah ya...
Beberapa hari yang lalu kota Jkt terkepung. Kalau dulu dikepung penjajah / kaum imperialis, tapi kali ini jkt dikepung banjir dari segala penjuru. Kok bisa gitu ya? Seperti kejadian runtuhnya WTC, bencana banjir kali ini unpredictable. Tapi itu bagi pemerintah. Sebenarnya sudah ada prediksi dari lembaga yg berkepentingan - BMG namanya - bahwa nanti akan ada kejadian ini. Tapi karena pemerintah kurang tanggap, peringatan itu bagaikan angin lalu. Pemerintah dan parpol - dgn segala janji-janjinya - sibuk bertikai, ngurusin perutnya sendiri, dan sedang asyik membelah diri (partai banyak yg pecah loh). Padahal membelah diri itu 'kan kerjaannya makhluk bersel satu utk memperbanyak keturunan. Sekarang peringatan BMG sudah tidak spt angin lalu, tapi sudah jadi angin beneran, disertai hujan deras. Kalau hujan, kadang anginnya kenceng banget deh...
Coba kita iseng-iseng buka peta. Kebetulan di sini saya membuka peta Jabotabek (th 99/00). Saya arahkan jari ke muara sungai Ciliwung. Tepatnya di daerah Juanda, sungai ini bercabang ke arah Utara, yaitu ke Ancol dan ke Penjaringan (deket Pasar Ikan). Nggak tahu dah, daerah situ banjir apa nggak. Tapi mari kita telusuri sungai ini ke arah Selatan. Pertama-tama, kita sampai di daerah Kwitang. Lalu ke Cikini, Diponegoro, hingga akhirnya ke Manggarai. Itulah daerah-daerah banjir. Khusus di Manggarai, disinilah terdapat pintu air, katanya ada dua. Yang satu pintu yang mengarah ke Tanah Abang, satu lagi ke daerah yg sebelumnya kita telusuri tadi. Pintu air di sini emang dilematis. Kalau di tutup, daerah Selatan (Kp. Melayu Tebet, Cawang) yang banjir. Tapi kalau di buka, daerah Utara (Istana, Monas, Dukuh, Thamrin) yang banjir.
Lanjut... Kita telusuri lagi ke Selatan. Truuuss.... ke Selatan. Sampai deh ke Depok. Beberapa hari sebelum bencana banjir besar di jkt, menurut informasi dari teman, Depok udah banjir duluan (mencuri start nih). Banjirnya nggak tanggung-tanggung, hingga mencapai ketinggian ban Kijang, katanya sih...
Di Depok ini, sungai Ciliwung bercabang dua ke arah Selatan. Yg satu ke arah Situ Cilondong, yang satu lagi sungai induk (Ciliwung) yang mengarah ke Bogor. Kita telusuri aja yang ke arah Bogor. Penelusuran di percepat, hingga kita sampai ke perbatasan Cipayung (kota Bogor kita lewatin aja). Nah di sini nih.... di daerah inilah sungai Ciliwung punya cabang yang banyak. Kebanyakan cabangnya ke arah Cisarua Puncak, sisanya ke G. Gede / Pangrango. Di Bopuncur (Bogor Puncak Cianjur) ini banyak sekali vila-vila dibangun. Bak jamur yang subur di daerah lembab, villa dibangun tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan. Salah satunya, adalah daerah serapan. Wajar saja kalau bumi nggak mau lagi 'menelan' air, karena daerah untuk menelan itu udah diliputi jamur... eh vila... Akhirnya jkt yang kebagian paket kilat, berupa banjir kiriman tanpa prangko. Padahal kita nggak pesen ya...
Parahnya, kalau di Jkt sungai Ciliwung ini sarat dengan sampah, kotor nan jorok. Rumah-rumah dibangun tepat di sisi sungai (udah kehabisan lahan barangkali) dan tidak tertata rapi. Tata kota yang semrawut (kalau nggak mau di bilang amburadul) semakin membuat air nggak mau ke laut, seolah-olah air ingin tinggal di kota jkt aja. Maka semakin lengkaplah, keparahan itu. Hingga banjir di sepanjang kali Ciliwung tidak dapat dihindari. Bagi yang nggak pernah berenang, kini berkesempatan berenang dekat rumahnya sendiri.
Itu tadi perjalanan kita di sungai Ciliwung. Sekarang kita lirik sungai Pesanggrahan. Saya tunjukkan jari ke arah Bojong Gede. Lalu telusuri sungai ini ke arah Utara hingga ke Cinere. Mmmm.... sepanjang jalan yg kita telusuri tadi banyak sekali daerah perumahan elit. Kita terus lagi dah, melalui Rempoa, Deplu, Tanah Kusir, sampai ke Cipulir Keb. Lama. Daerah-daerah ini adalah daerah yang terkenal, terkenal banjirnya.... Nggak sedikit rumah-rumah penduduk yang 'kelelep' di sini. Blebek... blebek.... Bagi yang ingin melintasi jalur Pasar Cipulir, Tanah Kusir, and H. Muhi (Pd Pinang), harus mencari jalur lain. Karena jalur 'diperboden' ama banjir.
Terus lagi yuk, ke arah Utara melalui Kedoya, Tol Jakarta Merak, sampai ke Daan Mogot. Rumah temen saya di Kedoya, banjirnya bukan main. Lumpurnya sampai setebal mata kaki. Saya nggak yakin itu lumpur tanah, kemungkinan itu lumpur campuran. Campuran kotoran tanah dengan kotoran..... (sensor)...
Di Daan mogot, sungai Pesanggrahan diteruskan dengan sungai "Cengkareng Drain", yang muaranya di "Kapuk Muara". Kapuk muara dulunya adalah daerah hutan bakau, sekarang disulap jadi perumahan, Pantai Indah Kapuk. Hutan bakau untuk daerah serapan air dan mencegah abrasi, sekarang berubah fungsi jadi "daerah aliran air dapur / kamar mandi", alias perumahan. Walhasil, air sungai tidak mengalir dengan lancar. Akhirnya, daerah-daerah sebelumnyalah yang mengalami kebanjiran yang parah. Atau istilah saya, 'kerendem'.
Kita baru telusuri dua sungai loh. Belum lagi sungai-sungai yg lain. Misalnya 'sungai percontohan' yang warna airnya hitam (siapa yang mau mencontoh ya?)
Bumi sudah bosan menyerap air lagi. Karena manusia yang seharusnya menjadi pemelihara/pemimpin di muka bumi, kebanyakan malah justru jadi perusak di muka bumi. "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." (Al Qur'an, surat: Ar Ruum - ayat: 41).
Allah menginginkan kita utk membuka mata, telinga, dan hati kita. Sekarang kita rasakan akibat perbuatan diri kita sendiri. Semua orang punya andil dalam banjir ini, dgn masing-masing bobotnya. Yang membuang sampah sembarangan, penebang pohon 'brutal', developer bangunan, swasta, pemerintah (pusat-daerah), sampai kita sendiri yg tidak mengingatkan/menegur orang yang berbuat kerusakan tadi. Mulailah dari diri kita sendiri. Ayo tanamkan kepekaan thd lingkungan, jaga lingkungan kita. Semoga bencana banjir yg kita alami, dapat kita ambil hikmahnya. Dan semoga suasana kebersamaan di saat-saat sulit ini, dapat bertahan lama. Amin. Allahumma amin...
Wassalamu'alaikum,
--
Hendra
- T. Informatika Usakti, Grogol
- Home addr: Keb. Baru, Jaksel
- This mail is sent via KMail, Linux Redhat 7.1
semoga saja semua bisa ambil hikmahnya, karena banjir bisa jadi ancaman rutin jakarta…
ps: benar, ternyata lucu juga tulisan antum jaman dulu..