Suatu hari, aku sedang berada di suatu
rumah, entah rumah siapa. Tiba-tiba orang-orang yang ada di rumah itu
berteriak, gempaa.. gempa... Anehnya, aku tidak merasakan
getaran-getaran gempa. Tapi kalau kulihat atap-atap rumah, ada yang
berjatuhan. Rumah sebelah pun ambruk. Akhirnya semua berhamburan ke
luar, termasuk aku.
Kami semua berlari. Namun aku hanya berlari-lari kecil, karena
merasa aneh tidak merasakan gempa. Lalu kulihat sekeliling, lama
kelamaan suasana agak mereda, kembali tenang. Gempa sudah usai,
ternyata hanya sebentar. Tapi cukup membuat panik.
Kususuri jalan yang hanya dari tanah ini perlahan-lahan, sambil
memperhatikan sekeliling. Orang-orang disekitar tampak kembali tenang.
Tiba-tiba, ada semacam gundukan di tanah, gundukan itu bergerak
menuju arahku, seperti gelombang di pantai. Ketika gundukan itu tepat
ada di depanku, aku melompatinya hingga gundukan itu terus berjalan
menuju arah belakangku.
Aku heran, itu tadi apaan ya? Apakah bumi pijakanku lagi retak?
Lalu tiba-tiba ada lagi gundukan berjalan. Kali ini gundukannya
panjang melebar, melintang dihadapanku dan berjalan menuju arahku. Aku
lompati lagi, dan gundukan itu terus berjalan ke arah belakangku.
Lagi-lagi aku heran, apakah itu tadi... Aku sempat berpikir, apakah ini
lagi kiamat?
Akhinya aku menuju masjid. Di sana kulihat beberapa orang sudah
bersiap-siap shalat jama'ah. Setelah wudhu, aku bergegas menuju barisan
paling depan, paling depan sekali sebelum semua sampai ke barisan
depan. Saking terburu-burunya, ternyata aku salah menghadap kiblat.
Kiblat di masjid ini arahnya miring ke kanan, sedangkan aku mengarah
tegak lurus ke depan masjid. Ketika aku sadar salah arah kiblat, aku
langsung bergabung ke para jamaah yang sudah berbaris. Aku masuk di
barisan paling depan. Shafnya padat sekali, hingga tidak ada celah di
antara kaki dan pundak. Ini benar-benar shaf yang sangat rapat.
Tiba-tiba ada seseorang memasangkan mic ke baju ku.
"Lho, untuk apa ini?" aku tanya orang itu.
"Kamu jadi bilal ya.." jawab dia.
Oo.. aku diminta jadi bilal. Aku nurut aja, maka jadilah aku sebagai
bilal. Setiap kali imam bertakbir, aku ikuti dengan suara takbir yang
keras agar jamaah yang lain mendengar. Ketika kami shalat, semua jamaah
menangis, menangis sejadi-jadinya, termasuk aku.
Di tengah-tengah shalat itu, tiba-tiba aku terbangun...
Aah, ternyata aku baru saja bermimpi. Ahad siang itu aku tertidur
kelelahan. Kulihat jam, ternyata jam 13.00. Waduh, aku terlewat shalat
dzuhur berjamaah di masjid...
mimpi kale yeeee