Re-posting: Rem Blong
6 comments

Comment from: hendra Member

Hehehe.. setiap orang pasti punya masanya kok :)
Iya, nanti saya link-kan juga. Cuma belum ketemu nih format naruh daftar link ke situs lain…
Comment from: sukadipojokkan Visitor

ikut komentarin ya, pak… krn hobby dr dulu..
Ngga usah ngebebek pak, alias ikut-ikut orang biar blog bisa dikunjungi orang krn alasan silaturahim..ok, satujuh pisan.. sometimes person good to be idealism n good to be reasonable..gitu aje pak.
Kaku tergantung dr sape yang baca.. klo aye yg baca.. fleksible aje kok.. don’t worry be happy ??? slogan yg ga reasonable buat saya.. haha, ini suka nya ngecap aja. Maafkan
Comment from: hendra Member

To sukadipojokan: Hehehe. Makasih. Don’t worry be happy? :)
Comment from: Sinai Visitor

Kalau ini cerita ttg pengemudi transportasi. Kisah 3 tahun lalu.
Di suatu sore menjelang maghrib. Pulang kuliah dari kampus F Trisakti. Berjalan menuju perempatan Coca Cola untuk menaiki bis Bogor.
Wah, kulihat bis Bogornya sedang mengetem. Sudah penuh, tapi alhamdulillah ada satu tempat kosong di bagian paling depan, di sebelah sopir. Segera saja aku duduk di tempat strategis itu. Hm…,kulihat pak sopir duduk dengan manis. Wah, tapi tak berapa lama kemudian pak sopir yang masih muda itu, turun. Lalu digantikan dengan seorang laki-laki yang rambutnya sudah putih semua. Ia memakai kacamata. Kulitnya keriput. Sudah kakek-kakek lah singkatnya.
Kakek itu tampak sangat lemah, badannya pun sudah bungkuk. Dia menyalakan mesin bis, tanda akan segera melaju. Ooo.. ternyata sopirnya kakek ini. Hah?! Kakek! Deg-degan… Wah, kakek ini bisa menyetir di kegelapan malam tidak ya…?
Biasanya kalau sepulang kuliah dan sudah di dalam bis Bogor, aku mengantuk dan tidur. Tapi tidak kali ini. Jangankan terpejam, berkedip pun seakan tak bisa. Aku sibuk memperhatikan kakek itu. Berjaga-jaga. Serasa menonton layar lebar. Dalam keremangan, kulihat penumpang di bagian tengah dan belakang sudah terlelap dalam tidurnya. Hm…, mungkin mereka tidak tahu kalau yang menyetir bis ini adalah kakek-kakek…
Beberapa kali bis Bogor yang kunaiki itu hampir saja “menabrak” beberapa mobil. Jantungan selama perjalanan. Di kegelapan malam.
Kakek itu sering menyipitkan matanya. Di tengah perjalanan tol dengan kecepatan yang cukup tinggi, tiba-tiba tangan kiri kakek itu ingin menggapai-gapai sesuatu di hadapannya. Air mineral! Ia haus ternyata. Menyetir dengan tangan kanan saja?! Waa.. kakek… awas stirnya, jeritku DALAM HATI. Tapi tiba-tiba, “Ee eeh.. Pak, Pak.. sini di ambilin!!!” ujar beberapa penumpang yang juga duduk di bagian depan, dengan kompak! Salah seorang dari mereka mengambilkan air mineral itu dan membukakannya untuk kakek tsb.
Hhh.. ternyata sedari tadi bukan hanya aku yang deg-degan. Tapi semua penumpang yang duduk di bagian depan juga jadi jantungan karena mengkhawatirkan penglihatan sang kakek.
Selama perjalan, hanya bisa berdoa, semoga selamat sampai Kota Bogor. Dan alhamdulillah aku masih hidup hingga detik ini.
Ternyata bukan hanya transportasi yang penting, tapi juga pengemudinya. Di screening dulu mungkin ya.
Comment from: hendra Member

To Sinai:
Wah iya juga, pengemudi bisnya juga perlu diperhatikan. Tidak jarang ya bikin deg-degan. Jadi malah sport jantung kalau naik bus. Duh, jadi ingat bus metromini, seperti film action kalau nyupirnya.. :)
:), sampeyan nih maqomnya emang dah bukan cit..cit..cuit ngoceh yg terlalu emosional melankolis kang…
baca yg begituan (yg terlalu emosional melankolis), malahan kadang jadi terasa teraniaya kang…*cermin diri…
btw, saya link blog sampeyan ya… *berharap dilink balik…