Pola Perkembangan Isu Dunia di Dunia Maya
Film Fitna, menjadi headline di beberapa media. Lantas film produksi sekelompok sekularis di Belanda ini sekonyong-konyong menjadi sorotan utama di beberapa negara, bahkan PBB pun memberikan pernyataannya terkait dengan kemunculan film tersebut. Ada apa gerangan dengan film tersebut? Mengapa bisa membuat heboh? Padahal hanya diproduksi oleh politisi - edan - di Belanda, bukan diproduksi sineas professional. Selain itu juga "hanya" di muat di internet, tidak ditayangkan di bioskop-bioskop terkenal. Tapi mengapa membuat heboh sedemikian rupa, sampai PBB, presiden, anggota dewan perlu memberikan pernyataannya?
Barangkali yang menjadikannya "heboh" adalah bahwa film propaganda tersebut mengusung tema mengenai keterkaitan langsung antara Al Qur'an dan terorisme yang terjadi selama ini. Dengan tema itu, tentu saja jadi heboh, karena betul-betul menfitnah umat Islam di seluruh dunia, sehingga film ini bisa dikatakan sebagai film yang ingin menyebarkan kebencian terhadap Islam. Tapi apakah hanya karena tema itu yang menjadikan film ini heboh? Sebab, kalau hanya karena tema-nya, ada juga film-film lain di internet yang mengusung propaganda menyudutkan Islam tapi tidak sampai seheboh Fitna.
Barangkali teori "agenda setting" bisa gunakan untuk analisis terkait dengan kemunculan film Fitna. Kemunculan film Fitna betul-betul telah menyita perhatian dunia dalam waktu sekejap. Sebelum Fitna, ada beberapa isu-isu yang muncul ke permukaan. Dalam 4 tahun terakhir, beberapa isu yang muncul antara lain tentang terorisme, kartun nabi Muhammad SAW, Islam, penjajahan Israel di Palestina, global warming, dll. Saya coba analisa sederhana mengenai perkembangan isu-isu tadi di dunia maya. Tools sederhana yang saya gunakan adalah "Google Trends" milik google. Kata kunci yang saya gunakan adalah: fitna, palestine, muhammad, global warming, terrorist. Keterbatasan Google Trends adalah skopenya yang hanya mencakup dunia maya (online), dan para pengguna google, sehingga belum tentu bisa mewakili kondisi nyata di darat (offline). Anda bisa mencobanya sendiri di: Link Ini.
Â
Dari Google Trends, dapat dilihat beberapa analisa sederhana, sekali lagi sederhana:
1. Isu terorisme yang muncul semenjak peristiwa 9/11, telah menjadi isu yang tidak laku. Hanya laku di beberapa negara pengusung isu tersebut, antara lain Australia, Amerika, India, Kanada, Inggris, Swedia, Belanda, Polandia, Belgia, dan Jerman. Beberapa kota yang intens terhadap isu ini adalah Washington dan New York. Bu5h sendiri sempat keceplosan dalam mengusung isu ini dengan pernyataan bahwa ini adalah perang salib (crusade). Sementara di negara-negara lainnya, isu terorisme bisa dibilang sudah usang. Isu yang diusung negara-negara barat - khususnya Amerika - betul-betul tidak berhasil dikembangkan. Padahal biaya yang dikeluarkan untuk mengusung isu ini sangat besar, apalagi kalau kita ingat dengan pernyataan Bu5h tentang "Stick and Carrot".
2. Isu tentang penjajahan Israel di Palestina juga kurang mendapatkan perhatian dunia. Padahal isu tersebut harusnya diupayakan muncul, karena dunia harus tahu bahwa di sudut sana ada penjajahan yang nyata-nyata dilakukan Israel dengan dukungan Amerika terhadap sebuah negara yang sah, yaitu Palestina. Isu ini kadang muncul ke permukaan, misalnya ketika ada pemblokadean terhadap Gaza. Tapi itupun tidak lama, dan yang muncul adalah isu kemanusiaan, bukan penjajahan. Isu tentang Palestina menjadi perhatian di negara Palestina, "negara" Israel, UAE, Maroko, Amerika, Australia, Prancis, Kanada, Inggris, dan Belgia.
3. Setelah gagal mengusung isu terorisme untuk mengidentikan Islam dengan kekerasan, barat mencoba isu yang lebih vulgar lagi yaitu isu tentang kartun Nabi Muhammad. Isu ini lebih vulgar dari isu terorisme karena terang-terangan ingin menyudutkan Islam, dalam hal ini dengan menfitnah figur Nabi Muhammad SAW. Di awal tahun 2006-an isu ini muncul ke permukaan dan mengundang reaksi keras dari seluruh dunia, khususnya umat Islam. Namun demikian isu tersebut "tidak berhasil" mengundang radikalisme umat Islam. Isu tersebut dengan cepat tenggelam kembali, walau umat Islam tidak akan pernah melupakannya di dalam hati. Beberapa negara yang bereasi terhadap isu ini adalah, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Amerika, Inggris, Kanada, Australia, India, Jerman, dan Belanda. Secara umum Umat Islam kembali "stabil", tidak lagi over-reaktif terhadap isu tersebut.
4. Global warming menjadi isu yang cukup menarik, karena secara sporadis muncul di permukaan pada tahun 2006an, dan masih terus berkembang hingga hari ini. Isu ini menjadi menarik karena "agak berbeda" dengan isu-isu lainnya yang secara umum terkait dengan Islam. Secara kasat mata, isu global warming terkait dengan lingkungan, walaupun di balik itu bisa jadi ada kaitannya dengan yang lain, misalnya hegemoni ekonomi dan teknologi Barat di masa globalisasi. Dan ada hal yang aneh dari isu ini, yaitu ternyata negara penyebab utama global warming - yaitu Amerika dan sekutunya - tidak menjadi negara pertama yang memperhatikan isu ini. Tiga negara pertama yang perhatian terhadap isu ini adalah justru Indonesia, Filipina, India, yang notabene bukan negara industri. Indonesia sendiri masih merupakan negara berkembang, yang tentunya belum memiliki andil besar dalam menyebabkan global warming. Barangkali ini karena Indonesia menjadi negara tempat penyelenggaraan Konferensi Global Warming di Bali. Setelah tiga negara tersebut, Australia, New Zealand, Amerika, Kanada, dan Inggris yang memiliki proporsi perhatian kepada isu tersebut.
5. Awal tahun 2008, dunia di hadapkan kembali pada isu yang terkait langsung dengan Islam, yaitu film Fitna. Isu ini semakin vulgar dari isu sebelumnya yang hanya menggunakan media kartun (gambar statis). Isu ini menggunakan media visual berupa video (gambar bergerak dan bersuara). Kevulgaran isu ini dalam menyudutkan Islam dan menyebarkan kebencian semakin nyata, karena isinya tidak hanya "mengutak-atik" nabi Muhammad, tapi juga isi Al Qur'an dan ajaran Islam. Sehingga reaksi terhadap isu ini jauh mengalahkan isu-isu sebelumnya. Negara yang sangat perhatian terhadap isu ini adalah Belanda, Indonesia, Denmark, Belgia, Malaysia, Jerman, Prancis, Kanada, Amerika, Inggris.
6. Di Google Trends, saya coba mengganti kata kunci "global warming" dengan kata kunci "Islam". Bisa Anda lihat di: Link Ini. Isu tentang Islam relatif stabil dari tahun 2004 hingga hari ini. Perhatian dunia terhadap Islam masih jauh lebih besar terhadap isu-isu sebelumnya, kecuali isu Film Fitna yang tiba-tiba menyeruak ke permukaan dan mengalahkan isu tentang Islam dalam sekejap. Sepuluh negara pertama yang memperhatikan isu ini adalah Indonesia, Malaysia, Pakistan, Maroko, UAE, Mesir, Turki, Belanda, Belgia, dan Swedia.
Dari analisa di atas, saya coba simpulkan sebagai berikut:
1. Isu yang dikembangkan barat terkait dengan penyudutan Islam, semakin hari semakin vulgar. Setelah gagal dengan isu yang terkesan samar-samar dan malu-malu - yaitu isu terorisme - mereka mencoba dengan cara yang lebih terang-terangan dengan isu kartun Nabi Muhammad dan Film Fitna.
2. Pengusungan isu yang vulgar itu hanya diusung oleh entitas kecil berupa kelompok, partai - dalam sebuah negara -, dan bukan diusung oleh sebuah negara sebagaimana isu terorisme. Namun reaksi terhadap isu tersebut dilakukan oleh negara, bahkan lembaga PBB.
3. Kemunculan isu film Fitna sementara waktu ini cukup berhasil untuk menutup isu-isu lainnya. Bahkan bisa dibilang ada hal lain yang ingin ditutup-tutupi dengan adanya isu ini.
4. Isu-isu vulgar tersebut belum berhasil mengundang radikalisme umat Islam, walau masih mengundang reaksi yang cenderung semakin besar. Namun demikian umat Islam terlihat semakin dewasa dalam menanggapi isu serupa. Dan dunia justru menjadi ingin tahu terhadap apa itu Islam. Peluang untuk umat Islam untuk dapat memperkenalkan Islam ke seluruh dunia jika dapat mengelola isu ini dengan baik.
5. Isu asasi - yaitu Palestina - tidak ada yang memberikan perhatian secara proporsional. Sehingga penjajahan atas sebuah negara berdaulat itu dapat terus berlangsung karena pola pikir dunia tidak melihat adanya penjajahan di Palestina, akibat kurangnya pemberitaan. Hal ini adalah sungguh aneh, karena penjajahan adalah bentuk pelanggaran terhadap piagam PBB, namun tidak ada yang bereaksi sebagaimana reaksi terhadap isu-isu lainnya.
6. Dunia Timur dan Dunia Islam belum menjadi wilayah yang memiliki daya dan upaya untuk membentuk dan mengelola isu di seluruh dunia. Dua dunia ini masih menjadi wilayah yang reaktif dan wilayah "pasar" terhadap isu-isu yang dikembangkan Dunia Barat.
Demikian analisa sederhana ini. Masih debatable loh.
